MAKALAH
TEORI PERILAKU KONSUMEN
“PERILAKU
PEMBELIAN KONSUMEN”
OLEH
DEVI
RIZKA PRASANTI : (2090810010)
DEDI
ABDUL MAKKI : (2090810003)
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
Pembelian
organisioanal adalah proses pengambilan keputusan oleh organisasi formal dalam
menetapkan kebudayaan akan barang dan jasa yang dapat di beli dan
mengidentivikasi, mengevaluasi , dan memilih di antara alternatif merek dan
pemasok.
Pembeli
bisnis terkena banyak pengaruh saat mereka mengambil keputusan pembelian.
Beberapa pemasar mengasumsikan bahwa pengaruhyang paling penting adalah
ekonomi, yang lain mengganggap pembeli bereaksi terhadap faktor pribadi seperti
kesukaan ,perhatian, atau penghindaran resiko.
Dalam pembelian bisnis
terdapat 2 faktor yaitu faktor sosial dan faktor budaya. Di dalam Faktor budaya memiliki pengaruh yang
luas dan mendalam terhadap perilaku. Peran budaya, sub – budaya dan kelas
sosial pembeli sangatlah penting. Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku
seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti kelompok
acuan, keluarga,serta peran dan status.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN
Ø PengambilanKeputusanPembelian
Dalam pengambilan keputusan merupakan suatu proses kegiatan pembelian yang tampak hanyalah satu tahap dari keseluruhan proses pembelian konsumen.
Basu Swasta dan T. Hani Handoko, (1982, Hal. 103 ) proses pengambilan keputusan melalui lima tahap yaitu :
Dalam pengambilan keputusan merupakan suatu proses kegiatan pembelian yang tampak hanyalah satu tahap dari keseluruhan proses pembelian konsumen.
Basu Swasta dan T. Hani Handoko, (1982, Hal. 103 ) proses pengambilan keputusan melalui lima tahap yaitu :
1. Menganalisis atau pengenalan
kebutuhan dan keinginan.
Dalam penganalisaan kebutuhan dan
keinginan suatu proses ditujukan untuk mengetahui adanya kebutuhan dan
keinginan yang belum terpenuhi. Jika suatu kebutuhan diketahui, maka konsumen
akan memahami adanya kebutuhan yang segera dipenuhi atau masih ditunda
pemenuhannya. Tahap ini adalah proses pembelian mulai dilakukan.
2. Pencarian informasi dan penilaian
sumber – sumber.
Pencarian informasi dapat bersifat
aktif atau pasif, internal atau eksternal, pencarian informasi yang bersifat
aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan
harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif hanya dengan
membaca iklan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus tentang
gambaran produk yang diinginkan.
Pencarian informasi internal tentang sumber – sumber pembelian dapat berasal dari komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari pelopor opini, sedangkan informasi eksternal berasal dari media masa dan sumber informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan.
Pencarian informasi internal tentang sumber – sumber pembelian dapat berasal dari komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari pelopor opini, sedangkan informasi eksternal berasal dari media masa dan sumber informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan.
3. Penilaian dan seleksi terhadap
alternatif pembelian.
Meliputi dua tahap yaitu menetapkan
tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif
pembelian berdasarkan tujuan pembelian.
Tujuan pembelian bagi masing – masing konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya.
Tujuan pembelian bagi masing – masing konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya.
4. Keputusan untuk membeli.
Tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar – benar membeli produk. Keputusan untuk membeli atau tidak produk yang ditawarkan. Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kesimpulan dari sejumlah keputusan, misalnya : keputusan tentang jenis produk, bentuk produk, jumlah produk dan sebagainya. Apabila produk yang dihasilkan perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan, maka produk tersebut mampu menarik minat untuk membeli. Bila konsumen dapat dipuaskan maka pembelian berikutnya akan membeli merk tersebut lagi dan lagi.
Tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar – benar membeli produk. Keputusan untuk membeli atau tidak produk yang ditawarkan. Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kesimpulan dari sejumlah keputusan, misalnya : keputusan tentang jenis produk, bentuk produk, jumlah produk dan sebagainya. Apabila produk yang dihasilkan perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan, maka produk tersebut mampu menarik minat untuk membeli. Bila konsumen dapat dipuaskan maka pembelian berikutnya akan membeli merk tersebut lagi dan lagi.
5. Perilaku sesudah pembelian.
Setelah melakukan pembelian produk, konsumen akan mengalami
suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen akan melakukan tindakan
setelah kegiatan membeli dalam hal penggunaan produk tersebut sehingga harus
diperhatikan oleh pemasar bahwa tugas pemasaran tidak berakhir ketika produk
sudah dibeli tetapi terus sampai pada periode setelah pembelian.
B.
Faktor Utama yang Mempengaruhi
Perilaku pembelian
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
1. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang
luas dan mendalam terhadap perilaku. Peran budaya, sub – budaya dan kelas
sosial pembeli sangatlah penting.
Contoh :
Budaya populer bisa direpresentasikan dalam berbagai bentuk. iklan, musik, televisi, fashion misalnya dapat menjadi bentuk dari budaya populer. Kepopuleran model rambut Lady Diana tokoh dan disukai banyak wanita adalah salah satu contoh budaya populer dalam bentuk fashion. Sementara itu, televisi juga bisa merupakan bentuk dari budaya populer. Kata "wes ewes-ewes bablas angine" yang dikatakan oleh Basuki dalam sebuah iklan menjadi begitu populer dikalangan pemirsa televisi. Kata " wes ewes-ewes bablas angine' merupakan bentuk budaya populer yang disampaikan melalui televisi:
Selain iklan dan televisi sebagai bentuk yang bisa merepresentasikan budaya populer, musik juga bisa menjadi bentuk dari adanya budaya populer. Aliran musik Sheila merupakan aliran musik yang merepresentasikan budaya populer. Budaya populer juga bisa direpresentasikan dalam pakaian yang dikenakan oleh sekelompok orang dalam suatu masyarakat. Pakaian ketat dengan menonjolkan lekuk tubuh dan pinggang wanita merupakan budaya populer yang sekarang sedang marak dikalangan remaja putri Indonesia. Pada tahiin 60-an sampai 70-an rok mini merupakan budaya yang sangat populer pada saat itu.
Contoh :
Budaya populer bisa direpresentasikan dalam berbagai bentuk. iklan, musik, televisi, fashion misalnya dapat menjadi bentuk dari budaya populer. Kepopuleran model rambut Lady Diana tokoh dan disukai banyak wanita adalah salah satu contoh budaya populer dalam bentuk fashion. Sementara itu, televisi juga bisa merupakan bentuk dari budaya populer. Kata "wes ewes-ewes bablas angine" yang dikatakan oleh Basuki dalam sebuah iklan menjadi begitu populer dikalangan pemirsa televisi. Kata " wes ewes-ewes bablas angine' merupakan bentuk budaya populer yang disampaikan melalui televisi:
Selain iklan dan televisi sebagai bentuk yang bisa merepresentasikan budaya populer, musik juga bisa menjadi bentuk dari adanya budaya populer. Aliran musik Sheila merupakan aliran musik yang merepresentasikan budaya populer. Budaya populer juga bisa direpresentasikan dalam pakaian yang dikenakan oleh sekelompok orang dalam suatu masyarakat. Pakaian ketat dengan menonjolkan lekuk tubuh dan pinggang wanita merupakan budaya populer yang sekarang sedang marak dikalangan remaja putri Indonesia. Pada tahiin 60-an sampai 70-an rok mini merupakan budaya yang sangat populer pada saat itu.
a) Budaya
Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
b) SubBudaya
Sub - budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Sub - budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
c) KelasSosial
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Strata tersebut kadang – kadang berbentuk sistem kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Kelas sosial menunjukan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal. Beberapa pemasar memusatkan usaha mereka pada satu kelas sosial.
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Strata tersebut kadang – kadang berbentuk sistem kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Kelas sosial menunjukan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal. Beberapa pemasar memusatkan usaha mereka pada satu kelas sosial.
2. Faktor Sosial
Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
Kelompok Kelas Sosial
Kelas sosial dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Namun pada intinya kelas sosial itu berkisar antara kelas sosial atas sampai bawah. Untuk kepentingan pemasaran kelasa sosial itu dapat dibagi menjadi; kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Untuk suatu kajian yang lebih detail pembagian itu dapat lebih dipertajam, misalanya kelasa atas dibagi lagi menjadi kelas atas atas, atas menenggah dan atas bawah. Gambaran pembagian kelas sosial dapat dibuat sebagai berikut:
Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
Kelompok Kelas Sosial
Kelas sosial dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Namun pada intinya kelas sosial itu berkisar antara kelas sosial atas sampai bawah. Untuk kepentingan pemasaran kelasa sosial itu dapat dibagi menjadi; kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Untuk suatu kajian yang lebih detail pembagian itu dapat lebih dipertajam, misalanya kelasa atas dibagi lagi menjadi kelas atas atas, atas menenggah dan atas bawah. Gambaran pembagian kelas sosial dapat dibuat sebagai berikut:
ü Kelas atas
Dicirikan
dengan pendapatan besar, intelek, membeli barang yang bergengsi, ikut dalam
klub bergengsi, suka perjalanan ke negara maju.
ü Kelas menengah
Dicirikan
dengan kehidupan baik, membeli apa yang populer, membelajakan uang untuk
hal-hal yang layak untuk dialami, memberikan perhatian tinggi pd rumah.
ü Kelas bawah
Dicirikan
dengan sangat tergantung pd dukungan ekonomi dan emosional dr sanak keluarga,
menginginkan kemudahan berkarya dan hiburan, bertahan dari cobaan dunia menuju
“karunia Tuhan”.
a) Kelompok Acuan
Kelompok
Acuan adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh
langsung ( tatap muka ) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang.
Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan pelanggan mereka. Namun, tingkat pengaruh kelompok acuan terhadap produk dan merk adalah berbeda – beda. Kelompok acuan mempunyai pengaruh kuat atas pilihan produk dan pilihan merk.
Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan pelanggan mereka. Namun, tingkat pengaruh kelompok acuan terhadap produk dan merk adalah berbeda – beda. Kelompok acuan mempunyai pengaruh kuat atas pilihan produk dan pilihan merk.
b) Keluarga
Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan
ia telah menjadi obyek penelitian yang ekstensif. Anggota keluarga merupakan
kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
c) Peran dan Status
Peran
meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Setiap peran
memiliki status. Orang – orang memilih produk yang mengkonsumsikan peran dan
status mereka dalam masyarakat.
Ø Ada
4 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
- Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
- Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
- Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
- Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Pusat
pembelian terdiri dari semua anggota organisasi yang memainkan dari salah satu
dari tujuh peran dalam proses pembelian:
·
Pencentus ( inisiators
): mereka yang meminta sesuatu untuk di beli. Mereka bisa saja memakai pihak
lain dl organisasi.
·
Pemakai (user
): mereka yang akan memakai barang atau jasa. Dalam banyak kasus pemakai
mengajukan proposal pembelian dan membantu menetapkan persyaratan produk.
·
Pemberi Pengaruh ( influencers ): orang –orang yang mempengaruhi keputusan pembelian.
Mereka sering membantu merumuskan spesifikasi dan juga memberikan informasi untuk mengevaluasi alternatif
·
Pengambil keputusan (deciders): orang yang memutuskan persyaratan produk atau pemasok.
·
Pemberi persetujuan (Approvers): orang yang mengotorisasi tindakan yang usulkan oleh
pengambil keputusan atau pembeli.
·
Pembeli (buyers)
orang yang memiliki wewenang formal dalam memilih pemasokdan menyusun syarat-
syarat pembelian.
·
Penjaga gerbang( gatekeepers)
orang- orang yang meiliki kekuasaan untuk menghalangi penjual dan informasi
menjangkau anggota pusat pembelian.
Ø Sebelum
dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah
proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
- Pengenalan masalah (problem recognition)
Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya.
Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan
produk yang akan dibeli.
- Pencarian informasi (information source).
Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
- Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).
Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen
akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.
- Keputusan pembelian (purchase decision).
Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat
keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat
keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya
hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
- Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation)
Merupakan proses
evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan
keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal
ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.[1] Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan
harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan
merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal
ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar